Setidaknya ada empat tanda cinta Rasulullah Saw sebagaimana disampaikan KH. Mardi Hadi, Lc, M.Hum (Wakil Sekretaris DMI Jabar, LD PWNU Jabar) dalam ceramah dzuhur di Masjid Raya Al Jabbar, Ahad, 7 Desember 2025.
Kia Mardi mengawali ceramahnya dengan mengajak jamaah untuk merenungkan kedalaman hubungan (ta’alluq) seorang hamba dengan Nabi Muhammad Saw. Pertanyaan mendasar yang ia ajukan adalah seberapa besar keinginan umat untuk memiliki kedekatan batin dengan Rasulullah Saw.
Mengutip Prof. Dr. Syekh Usamah Sayyid Al-Azhari, seorang Menteri Wakaf Mesir, Kia Mardi memaparkan empat kalimat atau tanda bagi siapa saja yang ingin hubungan batinnya semakin dekat dengan Rasulullah Saw.
Tanda pertama adalah Kamalut ta’alluq bi hadhratihi, yang berarti sempurnanya keterikatan hati kepada Rasulullah SAW. Tanda kedua adalah Kamalut tasyawwuq bi ru’yatihi, yakni sempurnanya kerinduan untuk memandang wajah beliau, baik melalui mimpi maupun dalam keadaan terjaga (yaqzhah).
Tanda ketiga adalah Kamalul ‘amali bi sunnatihi, yaitu kesempurnaan amal seseorang dengan bersungguh-sungguh menjalankan sunnah Nabi. Adapun tanda keempat dan terakhir adalah Kamalul khidmah li ummatihi, yang bermakna sempurnanya pelayanan atau khidmah seseorang kepada umat Nabi Muhammad Saw.
Keempat hal ini menjadi barometer sejauh mana cinta dan koneksi seorang muslim terhadap Nabinya.
Mardi Hadi juga menjelaskan korelasi erat antara cinta kepada Nabi Saw dan keimanan kepada Allah SWT. Merujuk pada pendapat Syekh Yusri Rusydi As-Sayyid Jabr Al-Hasani, ia menegaskan setiap kali kecintaan seseorang kepada Rasulullah bertambah, maka pada saat itu pula kualitas imannya kepada Allah meningkat.
Tanda nyata dari peningkatan iman dan cinta ini adalah lisan yang basah oleh shalawat. Mengutip Syekh Ali Jum’ah, pintu menuju Allah adalah Rasulullah, dan pintu menuju Rasulullah adalah shalawat. Shalawat memiliki keistimewaan luar biasa dibandingkan amalan lain.
Jika membaca Al-Qur’an, berzikir, atau berdoa masih berpotensi tertolak jika terselip riya atau ketidakikhlasan, maka shalawat tetap diterima oleh Allah SWT walaupun pembacanya belum tulus, semata-mata karena kecintaan Allah kepada Kekasih-Nya, Muhammad SAW.
Pentingnya menjaga adab dan niat dalam bershalawat turut ditekankan dalam ceramah tersebut. Niat bershalawat hendaknya didasari oleh keinginan mengikuti perintah Allah sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Ahzab ayat 56, untuk mengagungkan (ta’zhiman) dan memuliakan (takriman) Rasulullah, serta sebagai wasilah untuk mendapatkan syafaat.
Keutamaan mendawamkan shalawat pun sangat besar; satu kali bershalawat, Allah akan membalasnya dengan sepuluh rahmat, menghapus sepuluh kesalahan, dan mengangkat sepuluh derajat. Hal ini menjadi solusi bagi hati yang keras agar menjadi lembut, serta menjadi obat penawar bagi kesedihan dan kesulitan hidup.
Sebagai penutup, Kia Mardi Hadi menceritakan kisah inspiratif di balik penyusunan kitab Dalailul Khairat karya Imam Jazuli. Kitab tersebut lahir dari kekaguman Imam Jazuli kepada seorang anak perempuan yang mampu membuat air sumur naik meluap hanya dengan membacakan shalawat kepada Nabi Saw.
Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa memperbanyak shalawat dapat mendatangkan pertolongan Allah dan meninggikan derajat seorang hamba. Melalui ceramah ini, diharapkan para jamaah dapat menjadikan hari-hari mereka penuh dengan nuansa Rasulullah, melapangkan dada dengan ilmu beliau, dan memenuhi hati dengan cinta kepada sang Nabi pembawa rahmat. (Izudin Al-Mukhtar/KPI UMB).
Video Ceramah Empat Tanda Cinta Rasulullah Saw