Pernahkah Anda merasa sudah berdoa terus-menerus, namun keinginan tak kunjung terwujud? Pertanyaan mendasar yang sering menjadi kegelisahan umat ini menjadi topik utama dalam khotbah Jumat di Masjid Raya Al Jabbar pada 28 November 2025.
Khatib Dr. H. Hajir Tajiri, M.Ag (dosen UIN SGD Bandung) dalam khotbahnya mengupas persoalan “gagal paham” dalam memahami konsep doa dan takdir. Menurutnya, banyak umat Islam yang terjebak pada ritual doa semata tanpa diiringi ikhtiar yang relevan.
Dr. Hajir menceritakan sebuah kisah di zaman Rasulullah Saw tentang seorang sahabat bernama Abu Qatadah. Sahabat tersebut mengadu kepada Nabi Muhammad Saw karena doanya selama 40 hari tak kunjung dikabulkan, padahal ia sudah menunaikan kewajiban zakatnya.
“Rasulullah Saw kemudian memberikan jawaban tegas: ‘Kamu harus melakukan usaha.’ Dari sini kita belajar bahwa doa saja tidak cukup. Jika hanya berdoa tanpa bekerja, seakan-akan kita ingin mempekerjakan Allah untuk urusan kita,” jelas Dr. Hajir.
Khatib juga menegaskan bahwa Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menempuh asbab (sebab-akibat) melalui usaha. Ia mengutip Surah Ali Imran ayat 159, menekankan kata ‘azamta yang berarti kebulatan tekad setelah usaha maksimal (zahir, batin, rasional, dan ilmiah), barulah kemudian bertawakal.
Untuk mendekatkan materi khotbah dengan realitas zaman sekarang, Dr. Hajir memberikan contoh kasus seorang pedagang cimol yang bangkrut. Pedagang tersebut merasa usahanya mundur padahal dulu sukses, namun ia enggan beradaptasi dengan teknologi digital dan bersaing dengan Gen Z.
“Ini adalah contoh usaha yang tidak rasional. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kejayaan masa lalu. Jika zaman berubah ke arah digital, maka ikhtiar kita pun harus menyesuaikan, misalnya berkolaborasi dengan anak muda,” ujarnya.
Rumus Hidup: DUIT
Di akhir khotbahnya, Dr. Hajir membagikan rumus sederhana agar hidup seorang Muslim seimbang dunia dan akhirat, yaitu DUIT: Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal.
“Ingatlah prinsip ini: Doa tanpa usaha itu bohong, dan usaha tanpa doa itu sombong. Kita dituntut untuk mencari karunia Allah di muka bumi dengan kesungguhan, seraya terus membasahi lisan dengan zikir,” pungkasnya. (Izudin Al-Mukhtar/KPI UMB)